Selasa, 07 April 2009

pengertian agama

BAB I

AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA


Kata agama, dikenal pula kata din (dari bahasa Arab) dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari Sanskrit. Tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Bahwa agama berarti teks atau kitab suci.

Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama menguasai diri sesorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban jika tidak dijalankan oleh seseorang maka dia menjadikan itu sebuah hutang baginya.

Religi berasal dari bahasa Latin. Yang berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat. Dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan atau mengikat manusia dengan Tuhan.

Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.

Definisi-definisi agama :

  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia

  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup

  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib

  5. Suatu sistem tingkah laku

  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban

  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib

  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul

Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :

  1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan kekuatan gaib itu tempat minta tolong. Hubungan baik ini diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.

  2. Keyakinan manusia bahwa kebahagiaan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada hubungan baik dengan kekuatan gaib.

  3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia.

  4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama.

Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ada beberapa paham ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

  1. Paham dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.

Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sekti. Contoh : keris, batu cincin dan lain-lain. Mana yang terdapat dalam benda yang bersangkutan dan yang merupakan kekuatan gaib itulah yang dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Kehilangan mana berarti maut. Tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.

  1. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh.

Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir. Pemberian sesajen yang masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yang masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada “orang halus” dan lain-lain, ini adalah peninggalan-peninggalan dari kepercayaan-kepercayaan animisme, masyarakat kita di zaman yang silam.


  1. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-desa. Dalam gama ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyar lagi dikuasai oleh roh-roh tapi dewa-dewa. Ada dewa yang bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dalam agama Persia Kuno Mithra. Dewa yang tugasnya menurunkan hujan, nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Dewa angin yang disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno.

Tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya meberi sesajen persembahan-persembahan kepada derwa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yang bertentangan. Dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainya.

Di sini timbullah faham dewa tiga. Agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwam dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Isiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Faham ini belum meningkat pada faman henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri.

Masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta. Perbedaan henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan.

Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup sprituil. Istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah.

Disinilah letak perbedaan antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yang kembali ke sisi Tuhan Yang Maha hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor tidak diterima kembali ke sisi Yang Maha Suci. Orang-orang serupa ini akan berada di negara, jauh dari Tuhan. Orang-orang yang suci berada dekat Tuhan dalam surga.

Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yang sebenarnya, akhirnya menjadi orang baik dan suci. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajaranya tentang Tuhan Yang Maha Esa, memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yang rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yang rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan.

Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak tinggi. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Agama selalu diidentifikasi dengan moralitas.

Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang.

Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan laranganya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.

Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajaranya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur.

Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini.

Ketiga agama serumpun ini yang pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yunus dan lain-lain; agama Kristen dengan Nabi Isa, datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhamad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa ialah ajaran yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.

Sebagai diterangkan oleh Al-Quran, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Mengenal hal ini Surat Ali Imran ayat 19 mengatakan :

Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.


Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa’ ayat 125 :

Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?


Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-Baqarah ayat 131 :

Ketika Tuhannya berkata kepada (Ibrahim) : “Serahkan dirimu”; ia menjawab : “Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam :

dan Surat Ali Imran ayat 67 :

Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang bener (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.

Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah, sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Islam serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.


Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam kedua syahadatnya menegaskan : “Tiada Tuhan selain dari Allah”. Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : “Dengarlah Israel, Tuhan kita satu”. Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monoteisme. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tida sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. Ini adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

Tidak ada komentar: