Selasa, 14 April 2009

ISLAM DALAM PENGERTIAN SEBENARNYA

ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA

Definisi Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan melalui Nabi Muhammad s.a.w sebagai Rosul dan ditujukan untuk seluruh masyarakat. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran mengandung firman yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan dalam Al-Qur-an Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52 mengatakan :
“Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya, kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizing Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas perintah Kam”i.
Dari terjemahan surat tersebut, dapat dilihat bahwasanya wahyu dapat dilihat dalam tiga bentuk. Bentuk itu di antaranya :
Wahyu pertama kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.
kedua, bentuk wahyu ini ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru'ya (dream) atau kasy (vision).
Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaekat, yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalambentuk kata-kata.
Dan dari bentuk-bantuk ketiga wahyu tersebut, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu wahyu dalam bentuk ketiga, hal ini dijelaskan dalam beberapa surat Al-Quran, diantaranya :

Al-Qur-an. Surat 26 (AI-Syu'ara) ayat 192-195 mengatakan :
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun
oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat.
Dalam bahasa Arab yang jelas.
16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari
Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.

Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya
yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk
membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang percaya”.

Selain dalam Al-Quran dalam Hadist-hadist juga dijelaskan yaitu bahwa wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad adalah melalui Jibril. Dalam hadis Aisyah mengenai wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi, dapat kita baca bagaimana ketatnya Jibril merangkul beliau, sehingga beliau merasa sakit dan kemudian disuruh mengulangi apa yang diturunkan Jibril yaitu :
"Bacalah (recite) dengan nama Tuhan yang menciptakan, menciptakan
manusia dari segumpal darah. Baca dan Tuhanmu Maha Pemurah”.
Dalam hadis lain, sewaktu ditanya bagaimana caranya wahyu turunkepada beliau. Nabi Muhammad menerangkan: "Wahyu itu terkadang turun sebagai suara lonceng dan inilah yang terberat bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi akupun sudah mengingat apa yang diturunkannya. Terkadang malaikat datang dalam bentuk manusia, berbicara kepadaku akupun mengingat apa dikatakannya".
Atas dasar ayat-ayat dan hadist-hadist inilah umat Islam yakin yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah firman Tuhan. Hanya kata-kata Arab yang diakui sebagai wahyu, dan dan jika diganti dengan kata-kata Arab lain atau terjemahannya ke dalam bahasa , semua itu bukan lagi merupakan wahyu, atau Al-Quran yang sebenarnya. Dalam hal ini, wahyu menurut faham Islam, berlainan dari wahyu menurut faham agama lain, umpamanya agama Kristen.
Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu turun, itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk dicatat.
Zaidbin Ibn Sabit adalah sekretaris utama yang mencatat dalam bentuk
tulisan ayat-ayat yang diturunkan itu., Selain dari sekretaris ini disebut juga nama
sahabat-sahabat lain yang disuruh mencatat, jeperti Abu Bakar, Usman Umar, Ali, Zubair Ibn Awam, Abdullah Ibn Sa'ad dan Ubay Ibn Kaab. Ayat-ayat itu ditulis di atas batu, tulang, pelepah korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal professionil, sebagai diakui oleh A. Guillaume merupakan bahagian dari anggota masyarakat, yaitu bahagian yang tak boleh tidak mesti ada dalam masyarakat.
Mereka semualah yang menghafal syair-syair. Arab Jahiliah dalam keseluruhannya dan merekalah yang menyebarkannya ke daerah-daerah dan yang meneruskannya dari generasi ke generasi, hingga terkumpul dalam bentuk buku. Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam peperangan yang timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad. Dengan gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain, ayat-ayat tersebut dibukukan dan diperbanyak exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan ke daerah- daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana.
Sumber dari ajaran-ajaran Nabi kedua selain Al-Quran adalah Hadist, sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan Al-Qur-an, hadis tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi, karena dikuatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi percampur-bauran antara Al-Qur-an sebagai Sabda Tuhan dan hadis sebagai ucapan-ucapan Nabi. Ada disebut bahwa Umar Ibn Al-Khatab. Khalifah kedua, berniat untuk membukukan hadis Nabi, tetapi karena takut akan terjadi kekacauan antara Al-Qur-an dan hadist, niat itu tidak jadi dilaksanakan. Pembukuan baru terjadi di permulaan abad kedua Hijri, yaitu ketika Khalifah Umar Abd AI-Aziz (717-720 M) meminta dari Abu Bakar Muhammad Ibn Umar dan Muhammad Ibn Syihab Al-Zuhri, mengumpulkan hadis Nabi yang dapat mereka peroleh. Di tahun 140 H, Malik Ibn Anas menyusun hadis Nabi dalam buku Al-Muwatta.
Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh Bukhari. Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam buku kumpulan hadist inilah yang banyak dipakai sampai sekarang. Karena hadis tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang betul-betul berasal dari Nabi dan mana hadis yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwa Bukhari mengumpulkan 600.000 (enam ratus ribu) hadis, tetapi setelah mengadakan seleksi, yang dianggapnya hadis orisinil hanya 3.000 (tiga ribu) dari yang 600.000 itu, yaitu hanya setengah persen.
Tidak ada kesepakatan kita antara umat Islam tentang keorisinilan semua hadis dari Nabi. Jadi berlainan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang semuanya diakui oleh seluruh umat Islam adalah wahyu yang diterima Nabi dan kemudian beliau teruskan kepada umatnya, dalam keorisinilan hadis terdapat perbedaan antara umat Islam. Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Qur-an.

Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya. Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar dari segala dasar di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Di samping ini menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu Al-Qur’an, soal orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, yaitu soal mu'min dan muslim, soal orang yang tak percaya kepada ajaran-ajaran itu yakni orang kafir dan musyrik, hubungan makhluk, terutama manusia dengan Pencipta, soal akhir hidup manusia yaitu sorga dan neraka, dan lain sebagainya. Salah satu ajaran dasar lain dalam agama Islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tuhan adalah suci dan roh yang datang dari Tuhan juga suci dan akan dapat kembali ke tempat asalnya di sisi Tuhan, kalau ia tetap suci. Kalau ia menjadi kotor dengan masuknya ia ke dalam tubuh manusia yang bersifat materi itu, ia tak akan dapat kembali ke tempat asalnya. Dalam ajaran Islam mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang mengambil bentuk salat, puasa zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Nabi Muhammad memang mengatakan bahwa beliau datang untuk menyempurnakan pengertian budi pekerti luhur (Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek yang lain adalah aspek ibadat dan ajaran moral ini juga merupakan aspek penting dari Islam. Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak
bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup
manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan
di akhirat bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki
masyarakat manusia yang teratur. Oleh sebab itu Islam mengandung peraturanperaturan
tentang kehidupan masyarakat manusia. Demikianlah terdapat peraturan-
peraturan mengenai hidup kekeluargaan (perkawinan, perceraian, waris
dan lain-lain) tentang hidup ekonomi dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa,
pinjam-meminjam, perserikatan dan lain-lain, tentang hidup kenegaraan, tentang
kejahatan (pidana), tentang hubungan Islam dan bukan Islam, tentang hubungan
orang kaya dengan orang miskin dan sebagainya. Semua ini dibahas dalam
lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut ilmu fikih. Fikih
memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.
Semeritara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan.
Dalam perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang
semestinya. Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat
antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala
negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah
sebaliknya berkeyakinan bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi
kepala-negara. Selanjutnya terdapat pula perbedaan faham tentang persoalan
apakah jabatan kepala-negara mempunyai sifat turun-temurun dari bapak kepada
anak, ataukah pengangkatan kepala-negara didasarkan atas kesanggupan serta
keahlian dan bukan atas keturunan.
Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran,
lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini
menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.
6
Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta
semesta alam. Oleh karena itu perlu dibahas arti penciptaan, materi yang
diciptakan, hakekat roh, kejadian alam, hakekat aqal, hakekat wujud, arti qidam
(tidak bermula) dan lain-lain. Pemikiran dan pembahasan dalam hal-hal ini
dilakukan oleh akal. Maka timbullah persoalan akal dan wahyu serta falsafat dan
agama. Ini semua dibahas oleh falsafat dalam Islam.
Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai
dihitung dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah
berusia dekat empat belas abad. Dari Semenanjung Arabia Islam meluas ke
Palestina, Suria, Mesopotamia, Persia, India, Asia, Tengah, Malaysia, Indonesia
dan Filipina di Timur, dan ke Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan Afrika Tengah di
Barat kemudian ke Asia Kecil dan dari sana ke Eropah Timur sampai ke Austria.
Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang
dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke
Timur dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik,
terutama peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban
yang bercorak Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai
pengaruh bagi peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam
sejarah kebudayaan Islam.
Dengan adanya kontak antara Islam dan kemajuan Barat yang dimulai
pada pembukaan abad kesembilan belas yang lalu, umat Islam dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran modern Barat. Dalam Islam timbullah pula pemikiran
pembaharuan, yang masih menjadi soal hangat sampai di zaman kita sekarang.
Maka di samping aspek-aspek tersebut, terdapat pula aspek modernisasi atau
pembaharuan dalam Islam.
Jadi Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya
mempunyai satu-dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya
mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek
falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.
Dalam pada itu aspek teologi tidak hanya mempunyai satu aliran tetapi
berbagai aliran : ada aliran yang bercorak liberal, yaitu aliran yang banyak
memakai kekuatan akal di samping ke percayaan pada wahyu dan ada pula yang
bersifat tradisionil, yaitu aliran yang sedikit memakai akal dan banyak
bergantung pada wahyu. Di antara kedua aliran ini terdapat pula aliran-aliran
yang tidak terlalu liberal, tetapi tidak pula terlalu tradisionil. Dalam aspek hukum
demikian pula terdapat bukan hanya satu mazhab, tetapi berbagai rupa mazhab
dan yang diakui sekarang hanya empat yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan
Hambali.
Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan
mazhab. Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari
satu aliran dan satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap
tentang Islam. Islam di Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek
teologi, dan itupun hanya dari aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu
menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral, mistisisme,
falsafat, sejarah dan kebudayaan serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab
lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu pengetahuan kita di Indonesia tentang
7
Islam tidak sempurna. Dengan lain kata hakekat Islam tidak begitu dikenal. Ini
menimbulkan kesalah fahaman tentang Islam.
Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai
dengan kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal
yang dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram
menurut mazhab tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman
bahwa Islam mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini
sebenarnya adalah ajaran dari satu aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai
faham free will atau qadariah. Demikian pula timbul kesalah-fahaman
bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi, karena surga dan neraka diberi
gambaran sebagai kesenangan materi dan kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya
hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam, karena kaum sufi dan kaum
filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai keeenangan dan kesengsaraan
rohani dan intelektuil.
Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan faham itu perlulah
diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu Islam dalam segala aspeknya.
Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu
tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat.
Mungkin orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan
itu memang tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek dan
aliran-aliran itu dalam garis besarnya. Sebagai dasar, pengetahuan yang demikian
sudah cukup. Kemudian barulah orang mengadakan spesialisasi, yaitu
spesialisasi dalam bidang teologi, falsafat dan tasawuf, spesialisasi dalam bidang
hukum, spesialisasi dalam bidang sejarah kebudayaan dan sebagainya.
Mengadakan spesialisasi sebelum atau dengan tidak mengetahui aspek-aspek dan
aliran-aliran lain dalam Islam menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap,
bahkan yang salah tentang Islam. Untuk menghindarkannya perlulah pendekatan
lama dirobah dengan pendekatan baru.

ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA

Islam adalah agama dalam pengertian definisi nomor delapan tersebut di atas, yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.

. Sebagai dijelaskan Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52 mengatakan :
Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya, kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizin Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas perintah Kami.
Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru'ya (dream) atau kasy (vision). Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaekat, yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata.
Bahwa wahyu yang dalam Al-Qur-an. Surat 26 (AI Syu'ara) ayat 192-195 mengatakan : diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga:
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa Arab yang jelas.
Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril
(Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang percaya”.

Selasa, 07 April 2009

pengertian agama

BAB I

AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA


Kata agama, dikenal pula kata din (dari bahasa Arab) dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari Sanskrit. Tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Bahwa agama berarti teks atau kitab suci.

Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama menguasai diri sesorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban jika tidak dijalankan oleh seseorang maka dia menjadikan itu sebuah hutang baginya.

Religi berasal dari bahasa Latin. Yang berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat. Dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan atau mengikat manusia dengan Tuhan.

Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.

Definisi-definisi agama :

  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia

  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup

  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib

  5. Suatu sistem tingkah laku

  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban

  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib

  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul

Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :

  1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan kekuatan gaib itu tempat minta tolong. Hubungan baik ini diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.

  2. Keyakinan manusia bahwa kebahagiaan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada hubungan baik dengan kekuatan gaib.

  3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia.

  4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama.

Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ada beberapa paham ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

  1. Paham dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.

Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sekti. Contoh : keris, batu cincin dan lain-lain. Mana yang terdapat dalam benda yang bersangkutan dan yang merupakan kekuatan gaib itulah yang dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Kehilangan mana berarti maut. Tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.

  1. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh.

Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir. Pemberian sesajen yang masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yang masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada “orang halus” dan lain-lain, ini adalah peninggalan-peninggalan dari kepercayaan-kepercayaan animisme, masyarakat kita di zaman yang silam.


  1. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-desa. Dalam gama ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyar lagi dikuasai oleh roh-roh tapi dewa-dewa. Ada dewa yang bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dalam agama Persia Kuno Mithra. Dewa yang tugasnya menurunkan hujan, nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Dewa angin yang disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno.

Tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya meberi sesajen persembahan-persembahan kepada derwa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yang bertentangan. Dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainya.

Di sini timbullah faham dewa tiga. Agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwam dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Isiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Faham ini belum meningkat pada faman henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri.

Masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta. Perbedaan henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan.

Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup sprituil. Istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah.

Disinilah letak perbedaan antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yang kembali ke sisi Tuhan Yang Maha hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor tidak diterima kembali ke sisi Yang Maha Suci. Orang-orang serupa ini akan berada di negara, jauh dari Tuhan. Orang-orang yang suci berada dekat Tuhan dalam surga.

Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yang sebenarnya, akhirnya menjadi orang baik dan suci. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajaranya tentang Tuhan Yang Maha Esa, memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yang rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yang rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan.

Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak tinggi. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Agama selalu diidentifikasi dengan moralitas.

Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang.

Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan laranganya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.

Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajaranya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur.

Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini.

Ketiga agama serumpun ini yang pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yunus dan lain-lain; agama Kristen dengan Nabi Isa, datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhamad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa ialah ajaran yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.

Sebagai diterangkan oleh Al-Quran, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Mengenal hal ini Surat Ali Imran ayat 19 mengatakan :

Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.


Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa’ ayat 125 :

Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?


Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-Baqarah ayat 131 :

Ketika Tuhannya berkata kepada (Ibrahim) : “Serahkan dirimu”; ia menjawab : “Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam :

dan Surat Ali Imran ayat 67 :

Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang bener (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.

Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah, sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Islam serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.


Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam kedua syahadatnya menegaskan : “Tiada Tuhan selain dari Allah”. Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : “Dengarlah Israel, Tuhan kita satu”. Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monoteisme. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tida sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. Ini adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

pengertian agama

BAB I

AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA


Kata agama, dikenal pula kata din (dari bahasa Arab) dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari Sanskrit. Tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Bahwa agama berarti teks atau kitab suci.

Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama menguasai diri sesorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban jika tidak dijalankan oleh seseorang maka dia menjadikan itu sebuah hutang baginya.

Religi berasal dari bahasa Latin. Yang berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat. Dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan atau mengikat manusia dengan Tuhan.

Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.

Definisi-definisi agama :

  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia

  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup

  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib

  5. Suatu sistem tingkah laku

  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban

  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib

  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul

Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :

  1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan kekuatan gaib itu tempat minta tolong. Hubungan baik ini diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.

  2. Keyakinan manusia bahwa kebahagiaan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada hubungan baik dengan kekuatan gaib.

  3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia.

  4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama.

Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ada beberapa paham ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

  1. Paham dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.

Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sekti. Contoh : keris, batu cincin dan lain-lain. Mana yang terdapat dalam benda yang bersangkutan dan yang merupakan kekuatan gaib itulah yang dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Kehilangan mana berarti maut. Tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.

  1. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh.

Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir. Pemberian sesajen yang masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yang masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada “orang halus” dan lain-lain, ini adalah peninggalan-peninggalan dari kepercayaan-kepercayaan animisme, masyarakat kita di zaman yang silam.


  1. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-desa. Dalam gama ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyar lagi dikuasai oleh roh-roh tapi dewa-dewa. Ada dewa yang bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dalam agama Persia Kuno Mithra. Dewa yang tugasnya menurunkan hujan, nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Dewa angin yang disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno.

Tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya meberi sesajen persembahan-persembahan kepada derwa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yang bertentangan. Dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainya.

Di sini timbullah faham dewa tiga. Agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwam dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Isiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Faham ini belum meningkat pada faman henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri.

Masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta. Perbedaan henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan.

Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup sprituil. Istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah.

Disinilah letak perbedaan antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yang kembali ke sisi Tuhan Yang Maha hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor tidak diterima kembali ke sisi Yang Maha Suci. Orang-orang serupa ini akan berada di negara, jauh dari Tuhan. Orang-orang yang suci berada dekat Tuhan dalam surga.

Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yang sebenarnya, akhirnya menjadi orang baik dan suci. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajaranya tentang Tuhan Yang Maha Esa, memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yang rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yang rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan.

Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak tinggi. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Agama selalu diidentifikasi dengan moralitas.

Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang.

Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan laranganya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.

Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajaranya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur.

Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini.

Ketiga agama serumpun ini yang pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yunus dan lain-lain; agama Kristen dengan Nabi Isa, datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhamad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa ialah ajaran yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.

Sebagai diterangkan oleh Al-Quran, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Mengenal hal ini Surat Ali Imran ayat 19 mengatakan :

Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.


Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa’ ayat 125 :

Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?


Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-Baqarah ayat 131 :

Ketika Tuhannya berkata kepada (Ibrahim) : “Serahkan dirimu”; ia menjawab : “Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam :

dan Surat Ali Imran ayat 67 :

Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang bener (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.

Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah, sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Islam serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.


Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam kedua syahadatnya menegaskan : “Tiada Tuhan selain dari Allah”. Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : “Dengarlah Israel, Tuhan kita satu”. Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monoteisme. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tida sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. Ini adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.